Monday, June 2, 2014

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

KELOMPOK DALAM ORGANISASI

Menurut Gordon, ada empat kriteria suatu kelompok :
  1. Anggota dari suatu kelompok mendefinisikan dirinya sebagai suatu kesatuan, yakni sebagai bagian dari kelompok tersebut.
  2. Kelompok menghadirkan keuntungan pada anggota-anggotanya.
  3. Memiliki dan berbagi suatu tujuan bersama.
  4. Hal yang terjadi pada salah satu anggota kelompok dapat memengaruhi kelompok secara keseluruhan.
Sedangkan kriteria suatu kelompok secara umum adalah :
  1. Multiple members. Anggota dalam suatu kelompok minimal harus 2 orang atau lebih. Jika hanya ada 1 orang, maka tidak dapat disebut sebagai suatu kelompok.
  2. Group rewards. Anggota dalam kelompok biasanya mengaharapkan reward atau keuntungan.
  3. Corresponding effects. Hal yang terjadi pada salah satu anggota kelompok dapat memengaruhi kelompok secara keseluruhan.
  4. Common goals. Setiap kelompok pasti memiliki tujuan bersama.
Pedoman dalam kelompok :
  1. Rules (aturan tertulis). Aturan formal yang dibuat oleh kelompok atas persetujuan para anggotanya.
  2. Norms (norma). Bersifat formal/tidak formal, tertulis/tidak tertulis, diumumkan/tidak diumumkan, tetapi menjadi pedoman bagi para anggota kelompok demi kelestarian kelompok dan tercapainya tujuan kelompok.
  3. Critical incidents ( kejadian-kejadian kritis). Peristiwa-peristiwa yang sukses ataupun gagal yang pernah terjadi di dalam / luar kelompok yang dijadikan aturan perbuatan bagi para anggota kelompok untuk ditiru / tidak ditiru.
Dimensi dnamika kelompok  :
  1. Synergi. Bertambahnya kekuatan yang melebihi jumlah kekuatan dari masing-masing anggota kelompok. Maksudnya adalah kekuatan kelompok akan lebih besar dibandingkan dengan kekuatan masing-masing anggotanya karena anggota-anggota kelompok saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
  2. Social loafing. Mengurangi kekuatan dari jumlah kekuatan masing-masing dari para anggota kelompok. Maksudnya adalah kekuatan masing-masing anggota kelompok menjadi berkurang karena individu cenderung tidak mau melakukan usaha yang maksimal.
  3. Group think. Kelompok yang kohesivitasnya tinggi menyebabkan anggotanya kehilangan kemampuan memberika evaluasi yang kritis terhadap keputusan yang diambil kelompok.
Suatu kelompok memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah suatu kelompok menjadi banyak ide karena anggotanya memiliki cara pandang yang berbeda. Kelemahannya adalah memerlukan waktu yang lama terutama dalam pengambilan keputusan.

Tahap-tahap perkembangan kelompok menurut Robbins :
  1. Forming, yaitu tahap pembentukan. Sifatnya masih mencari-cari, misalnya mencari siapa pemimpinnya dan apa tujuan dibentuknya kelompok.
  2. Storming. Pada tahap ini anggota dalam kelompok saling beradu pendapat karena memiliki perbedaan pandangan.
  3. Norming. Terjadi pembentukan aturan yang digunakan dalam bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  4. Performing. Yaitu tahap pelaksanaan norma untuk mencpai tujuan.
  5. Adjourning. Pada tahap ini telah tercapai tujuan kelompok sehingga kelompok beristirahat bekerja atau bubar.
Adapun alasan-alasan untuk bergabung dalam suatu kelompok adalah sebagai berikut :
  1. Affiliation. Adanya kebutuhan untuk berbaur dengan orang lain.
  2. Identificaton. Adanya kebutuhan untuk diakui oleh orang lain.
  3. Emotional support. Mendapatkan dukungan emosi dari orang lain.
  4. Assistance/Help. Mendapatkan pertolongan atau bimbingan.
  5. Common interests. Memiliki ketertarikan terhadap hal yang sama.
  6. Common goals. Memiliki tujuan bersama.
  7. Physical proximity. Memiliki kedekatan secara fisik, misalnya tinggal atau bekerja di area yang sama.
  8. Assignment. Bukan keinginan sendiri, tetapi ditugaskan sehingga mau tidak mau harus bergabung dalam suatu kelompok.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja suatu kelompok :
  1. Group cohesiveness. Semakin kohesif suatu kelompok, kinerjanya akan semakin baik.
  2. Group homogenity. Kelompok yang homogen kinerjanya lebih baik bila dihadapkan pada tugas-tugas yang sederhana. Sedangkan kelompok yang heterogen kinerjanya lebih baik bila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks.
  3. Stability/membership. Kelompok yang anggotanya stabil akan lebih kohesif dibandingkan dengan kelompok yang anggotanya sering berganti-ganti ( turn over ).
  4. Isolation. Kelompok yang terisolasi akan lebih kohesif.
  5. Outside pressure. Tekanan dari luar akan membuat kelompok menjadi lebih kohesif karena ada perasaan senasib sepenanggungan.
  6. Group size. Kelompok dengan jumlah anggota yang kecil akan lebih kohesif dibandingkan kelompok dengan jumlah anggota yang besar.
  7. Group status. Semakin tinggi status kelompok, maka akan semakin kohesif karena ada perasaan bangga menjadi anggota kelompok.
  8. Group ability & confidence. Semakin tinggi kemampuan dan kepercayaan diri kelompok, maka kinerja kelompok akan semakin baik.
Konflik dalam kelompok ada 2 jenis :
  1. Dysfunctional conflict. Konflik jenis ini harus dihindari karena menyebabkan orang lain tidak mau bekerja sama sehingga dapat menurunkan produktivitas.
  2. Functional conflict. Konflik ini memunculkan hal-hal positif karena menyebabkan orang-orang dalam kelompok bekerja keras untuk menunjukkan siapa yang terbaik.
Penyebab terjadinya konflik :
  1. Competition for resources. Terjadi perebutan sumber daya, misalnya saling berebut fasilitas kerja, budget, dan lain-lain.
  2. Task interdependence. Misalnya terjadi konflik antara bagian produksi dengan bagian pemasaran karena yang diproduksi tidak mencukupi pemasaran.
  3. Jurisdictional ambiguity. Misalnya terjadi konflik antar manager dalam menentukan siapa yang bertanggung jawab dalam menggantikan atasan yang berhalangan hadir.
  4. Communication barriers. Terjadi salah paham karena adanya perbedaan bahasa.
  5. Personality.
Gaya individu dalam menghadapi konflik :
  1. Avoiding style. Misalnya dengan mengundurka diri dari pekerjaan.
  2. Accomoding style. Ada salah satu pihak yang mengalah. Misalnya mengalah dalam antrian.
  3. Forcing style. Kedua pihak tidak mau mengalah dan saling menyerang, berkelahi, atau menghalalkan segala cara untuk menang.
  4. Collaborating style. Dengan melakukan musyawarah mufakat sehingga sama-sama menang.
  5. Compromising style. Terjadi tawar-menawar.

No comments:

Post a Comment