Menurut Gordon, ada empat kriteria suatu kelompok :
- Anggota dari suatu kelompok mendefinisikan dirinya sebagai suatu kesatuan, yakni sebagai bagian dari kelompok tersebut.
- Kelompok menghadirkan keuntungan pada anggota-anggotanya.
- Memiliki dan berbagi suatu tujuan bersama.
- Hal yang terjadi pada salah satu anggota kelompok dapat memengaruhi kelompok secara keseluruhan.
- Multiple members. Anggota dalam suatu kelompok minimal harus 2 orang atau lebih. Jika hanya ada 1 orang, maka tidak dapat disebut sebagai suatu kelompok.
- Group rewards. Anggota dalam kelompok biasanya mengaharapkan reward atau keuntungan.
- Corresponding effects. Hal yang terjadi pada salah satu anggota kelompok dapat memengaruhi kelompok secara keseluruhan.
- Common goals. Setiap kelompok pasti memiliki tujuan bersama.
- Rules (aturan tertulis). Aturan formal yang dibuat oleh kelompok atas persetujuan para anggotanya.
- Norms (norma). Bersifat formal/tidak formal, tertulis/tidak tertulis, diumumkan/tidak diumumkan, tetapi menjadi pedoman bagi para anggota kelompok demi kelestarian kelompok dan tercapainya tujuan kelompok.
- Critical incidents ( kejadian-kejadian kritis). Peristiwa-peristiwa yang sukses ataupun gagal yang pernah terjadi di dalam / luar kelompok yang dijadikan aturan perbuatan bagi para anggota kelompok untuk ditiru / tidak ditiru.
- Synergi. Bertambahnya kekuatan yang melebihi jumlah kekuatan dari masing-masing anggota kelompok. Maksudnya adalah kekuatan kelompok akan lebih besar dibandingkan dengan kekuatan masing-masing anggotanya karena anggota-anggota kelompok saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
- Social loafing. Mengurangi kekuatan dari jumlah kekuatan masing-masing dari para anggota kelompok. Maksudnya adalah kekuatan masing-masing anggota kelompok menjadi berkurang karena individu cenderung tidak mau melakukan usaha yang maksimal.
- Group think. Kelompok yang kohesivitasnya tinggi menyebabkan anggotanya kehilangan kemampuan memberika evaluasi yang kritis terhadap keputusan yang diambil kelompok.
Tahap-tahap perkembangan kelompok menurut Robbins :
- Forming, yaitu tahap pembentukan. Sifatnya masih mencari-cari, misalnya mencari siapa pemimpinnya dan apa tujuan dibentuknya kelompok.
- Storming. Pada tahap ini anggota dalam kelompok saling beradu pendapat karena memiliki perbedaan pandangan.
- Norming. Terjadi pembentukan aturan yang digunakan dalam bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Performing. Yaitu tahap pelaksanaan norma untuk mencpai tujuan.
- Adjourning. Pada tahap ini telah tercapai tujuan kelompok sehingga kelompok beristirahat bekerja atau bubar.
- Affiliation. Adanya kebutuhan untuk berbaur dengan orang lain.
- Identificaton. Adanya kebutuhan untuk diakui oleh orang lain.
- Emotional support. Mendapatkan dukungan emosi dari orang lain.
- Assistance/Help. Mendapatkan pertolongan atau bimbingan.
- Common interests. Memiliki ketertarikan terhadap hal yang sama.
- Common goals. Memiliki tujuan bersama.
- Physical proximity. Memiliki kedekatan secara fisik, misalnya tinggal atau bekerja di area yang sama.
- Assignment. Bukan keinginan sendiri, tetapi ditugaskan sehingga mau tidak mau harus bergabung dalam suatu kelompok.
- Group cohesiveness. Semakin kohesif suatu kelompok, kinerjanya akan semakin baik.
- Group homogenity. Kelompok yang homogen kinerjanya lebih baik bila dihadapkan pada tugas-tugas yang sederhana. Sedangkan kelompok yang heterogen kinerjanya lebih baik bila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks.
- Stability/membership. Kelompok yang anggotanya stabil akan lebih kohesif dibandingkan dengan kelompok yang anggotanya sering berganti-ganti ( turn over ).
- Isolation. Kelompok yang terisolasi akan lebih kohesif.
- Outside pressure. Tekanan dari luar akan membuat kelompok menjadi lebih kohesif karena ada perasaan senasib sepenanggungan.
- Group size. Kelompok dengan jumlah anggota yang kecil akan lebih kohesif dibandingkan kelompok dengan jumlah anggota yang besar.
- Group status. Semakin tinggi status kelompok, maka akan semakin kohesif karena ada perasaan bangga menjadi anggota kelompok.
- Group ability & confidence. Semakin tinggi kemampuan dan kepercayaan diri kelompok, maka kinerja kelompok akan semakin baik.
- Dysfunctional conflict. Konflik jenis ini harus dihindari karena menyebabkan orang lain tidak mau bekerja sama sehingga dapat menurunkan produktivitas.
- Functional conflict. Konflik ini memunculkan hal-hal positif karena menyebabkan orang-orang dalam kelompok bekerja keras untuk menunjukkan siapa yang terbaik.
- Competition for resources. Terjadi perebutan sumber daya, misalnya saling berebut fasilitas kerja, budget, dan lain-lain.
- Task interdependence. Misalnya terjadi konflik antara bagian produksi dengan bagian pemasaran karena yang diproduksi tidak mencukupi pemasaran.
- Jurisdictional ambiguity. Misalnya terjadi konflik antar manager dalam menentukan siapa yang bertanggung jawab dalam menggantikan atasan yang berhalangan hadir.
- Communication barriers. Terjadi salah paham karena adanya perbedaan bahasa.
- Personality.
- Avoiding style. Misalnya dengan mengundurka diri dari pekerjaan.
- Accomoding style. Ada salah satu pihak yang mengalah. Misalnya mengalah dalam antrian.
- Forcing style. Kedua pihak tidak mau mengalah dan saling menyerang, berkelahi, atau menghalalkan segala cara untuk menang.
- Collaborating style. Dengan melakukan musyawarah mufakat sehingga sama-sama menang.
- Compromising style. Terjadi tawar-menawar.
No comments:
Post a Comment