Kali ini saya akan membagikan sedikit pengalaman saya tentang pedagogi dan andragogi. Tetapi sebelum itu, kita tentu harus tahu dulu dong apa itu pedagogi dan andragogi.
Pedagogi adalah sebuah teori belajar untuk masa kanak-kanak di mana orang dewasa akan mengambil tanggung jawab untuk memberikan keputusan. Sedangkan andragogi adalah sebuah teori belajar yang dikembangkan khusus untuk kebutuhan orang dewasa. Perlu diketahui bahwa dalam pedagogi orang-orang yang belajar disebut sebagai anak didik, sedangkan untuk andragogi orang-orang yang belajar disebut sebagai peserta didik. Mengapa untuk andragogi disebut sebagai peserta didik? Ini dikarenakan pembelajar dianggap sudah dewasa dan sudah menyadari tanggung jawabnya masing-masing. Tidak lagi seperti anak didik yang masih harus disuruh-suruh untuk belajar. Misalnya saja dalam mendengarkan saat dosen sedang menerangkan. Itu terserah peserta didik mau mendengarkan atau tidak, tetapi konsekuensinya ditanggung sendiri oleh peserta didik.
Nah, pengalaman yang akan saya ceritakan berhubungan dengan masa-masa saat saya sekolah dulu dan pada masa saya kuliah sekarang. Dulu saat masih SD dan SMP, saya sangat suka berkompetisi dengan teman-teman saya, terutama teman sebangku saya dalam mengerjakan PR ataupun melihat siapa yang mendapat nilai lebih tinggi. Namun, sekarang saya sudah tidak berkompetisi dengan cara seperti itu lagi karena pada masa kuliah saya dan teman-teman saya itu saling berkompetisi untuk mendapatkan ilmu. Di perkuliahan saya lebih banyak berkolaborasi dengan teman-teman saya karena memang terdapat banyak tugas kelompok dari dosen. Dalam tugas kelompok kita tidak mungkin saling berkompetisi dong, tentu kita harus saling membantu agar hasilnya memuaskan.
Saat masih di bangku sekolah juga, saya dan siswa lainnya hanya mendengar apa yang diajarkan oleh guru dan semuanya itu terpusat pada guru. Saya dan siswa lainnya hanya pembelajar yang bersifat pasif. Jadi apapun itu, semua diputuskan oleh guru. Sedangkan sekarang, kami bukan lagi pembelajar pasif, tetapi kai sudah menjadi pembelajar yang aktif di dalam kelas. Semuanya tidak lagi terpusat pada guru karena kami sudah ikut menentukan arah belajar di dalam kelas dan guru hanya sebagai fasilitator saja. Seperti pada mata kuliah psikologi pendidikan hari ini. Saat dosen memberikan puzzle kepada kami agar dapat menyelesaikannya. Dosen hanya memberikan clue dan mengarahkan saja, tetapi kami sebagai mahasiswa yang aktif. Kami saling bertanya dan berdiskusi agar dapat menyelesaikan puzzle tersebut. Kami tidak akan mungkin bisa menyelesaikan puzzle tersebut jika sebelumnya kami belum membaca materinya. Jadi apa yang kami baca sebelumnya itu merupakan sumber daya yang kaya untuk belajar. Tidak seperti di SD yang jika kita tidak membaca materi pelajaran terlebih dahulu, maka kita tidak akan mengalami kesulitan apapun.
Dulu saat saya masih belajar di bangku sekolah, saya hanya tahu untuk belajar, tapi tidak tahu belajar untuk tujuan apa. Saya belajar itu dikarenakan ada tekanan sosial dari orang tua dan guru saya. Sekarang saya belajar bukan lagi karena tekanan sosial, tetapi karena peran sosial. Saya sudah menyadari peran saya sebagai mahasiswa dan menyadari bahwa saya memiliki tanggang jawab sebagai mahasiswa. Saat di SD dan SMP juga saya belum mengenal apa itu evaluasi diri. Evaluasi kita dilakukan oleh guru melalui ujian-ujian yang diujikan kepada kita sebagai anak didiknya. Dari hasil ujian itulah kita dievaluasi. Sekarang, saya sudah mengenal apa itu evaluasi diri. Saya sudah mengevaluasi diri sendiri tiap semester atau tiap tahunnya. Bukan lagi dievaluasi oleh guru maupun dosen.
Itulah sedikit pengalaman saya mengenai pedagogi dan andragogi. Sekian dan sampai jumpa lagi pada postingan saya yang berikutnya. :)
No comments:
Post a Comment